Ruang gerak perempuan di Indonesia dalam berpartisipasi untuk pembangunan nasional, hingga saat ini, masih sempit dan terbatas. Padahal, kaum perempuan juga memiliki potensi besar dalam berperan serta meningkatkan perekonomian dan pembangunan nasional. Demikian pendapat yang tercuat dalam Diskusi Panel Pra Muktamar V Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) 2010 Peningkatan Keberdayaan Perempuan yang Solehah, Kreatif, dan Produktif”, di ICMI Center, Jakarta, Jumat (22/10). 

  

Kaum Perempuan Lebih Tertib

Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Panitia Pelaksana Muktamar V ICMI 2010 Ricky Rachmadi, serta sebagai pembicara, yakni Ketua Presidium Forum Cendekia Muslimah Peduli (FCMP) ICMI Prof DR Ir Zoer’aini Djamal Irwan MS, dan Ketua Departemen Perempuan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ir Ismah Choli.

Dalam meningkatkan perekonomian nasional, Ricky Rachmadi menilai, diperlukan peran serta dari seluruh elemen masyarakat, termasuk kaum wanita, dalam melakukan hal-hal produktif untuk mencapai kualitas kehidupan bangsa. Dia mencontohkan, pembentukan Grammen Bank yang dirintis Muhammad Yunus menjadi cermin untuk melihat seberapa besar peranan perempuan dalam perekonomian.Teladan Grammen Bank Menurut dia, satu hal yang menjadi tonggak kekuatan Grammen Bank adalah perempuan. Karena, jika dilihat dari tingkat pengembalian pinjaman, maka kaum perempuan lebih tertib dan disiplin dibandingkan pria. “Jadi, kalau kita ingin bangsa ini dapat lebih baik, maka berbagai kredit-kredit perbankan diharapkan dapat lebih diprioritaskan kepada kaum perempuan. Hal ini juga untuk meningkatkan kualitas hidup pengusaha wanita muslimah menjadi lebih baik,” katanya.

Perempuan Berdaya, Bangsa Maju

Sementara itu, Zoer’aini Djamal Irwan menilai, hingga kini masih banyak persoalan yang dihadapi kaum perempuan. Mulai dari termajinalkannya dalam berbagai hal, seperti permasalahan tenaga kerja wanita (TKW) dan perdagangan manusia (human trafficking). Di satu sisi, dia melihat, kebijakan-kebijakan pemerintah yang berpihak pada perlindungan perempuan ternyata sampai sejauh ini masih minim. “Jika kondisi ini tetap dibiarkan maka bangsa ini tidak akan pernah mampu bersaing dengan bangsa lain. Saya yakin, bila perempuan dapat ditingkatkan keberdayaannya di semua lini secara terarah dan terpadu, maka Indonesia dalam waktu yang tidak lama dapat menjadi bangsa yang besar dan mampu bersaing dengan bangsa dari dunia maju,” katanya.

Menurut Zoer’aini, peranan perempuan sangat besar dalam pembangunan nasional. Namun, ada sejumlah hambatan yang menyebabkan termarjinalkannya kaum perempuan. Antara lain, masih banyaknya perempuan yang berpendidikan rendah dan kurang memiliki keterampilan.

Hal ini, ujar dia, menjadi alasan utama bagi perempuan untuk terus mengembangkan diri sehingga mampu berperan aktif dalam berbagai bidang dan setara dengan kaum pria sebagai mitra yang harmonis. “Perempuan adalah aset bangsa. Jumlah perempuan yang lebih dari separuh penduduk Indonesia seharusnya dapat menjadi perhatian pemerintah untuk diarahkan menjadi potensi bangsa, bukan masalah bangsa,” ujarnya.

Karena itulah, dia juga berharap, pemerintah bersama masyarakat dan swasta dapat membentuk mekanisme yang dapat mempercepat perwujudan keadilan dan kesetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan. Yakni, melalui penghapusan perilaku dan sikap diskriminatif terhadap perempuan dan anak perempuan. Dalam kaitan ini, diperlukan pula keadilan dan kesetaraan gender menyangkut pendidikan, pelatihan, kesempatan kerja, serta keadilan pengaturan penggajian dan pekerjaan. (Tri Handayani)

 

sumber: suarakarya-online.com